Selasa, 17 Oktober 2017

TUGAS 2: KEBERBAKATAN DAN KREATIVITAS (Treesty Setyawan 16515930 3PA08)

NAMA: TREESTY SETYAWAN
NPM: 16515930
KELAS: 3PA08

                      
TUGAS 2
PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN


gdarma10


Oleh:

Treesty Setyawan (16515930)

Kelas:
3PA08



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat yang maha kuasa. sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Tugas Portofolio 2”. Makalah ini dibuat dalam rangka memahami teori-teori mengenai kreativitas dan keberbakatan serta segala yang berkaitan dengannya. Selain itu, tugas ini dibuat untuk melaksanakan tugas sebagai seorang mahasiswa, serta untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Pengembangan Kreativitas & Keberbakatan. Dalam proses pembuatan makalah ini tentu penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Bella Cintya Puspaningrum, selaku dosen Mata Kuliah Pengembangan Kreativitas & Keberbakatan serta rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan aspirasinya dalam pembuatan makalah.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.


Jakarta,   Oktober 2017



Penulis







BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Bakat adalah suatu potensi atau anugrah yang sangat bak untuk dikembangkan serta diasah kemampuannya secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat.














BAB II
PEMBAHASAN
A.        Pengertian Keberbakatan
Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang, merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak.  Definisi Columbus Group, bakat adalah 'asynchronous development', yakni kemampuan kognitif di atas rata-rata, mempunyai intensitas kuat yang dipadu dengan pengalaman dan kesadaran diri yang secara kualitatif berbeda dengan orang normal. Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggungjawab. Menurut Tedjasaputra, MS (2003), bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuaan dan keterampilan khusus.
Menurut Widodo Judarwanto 2007, keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya. Menurut Galton 2002, kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.
Menurut Renzulli 2002, keberbakatan merupakan interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi.  Menurut Clark (1986), keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.

B.         Pengertian Kreativitas
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada sebelumnya dengan menekankan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010). Proses kreatif adalah munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu, dan dari pengalaman yang menekankan pada produk yang baru, interaksi individu dengan lingkungannya atau kebudayaannya (Rogers dalam Basuki, 2010). Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dengan tujuan menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian dalam Basuki, 2010). Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir (Munandar dalam Basuki, 2010).
Clark berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak,mengemukakan : “Kretivitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu : berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function of thingking, feelings, sensing and intuiting)” (Jung 1961, Clark 1986).

C.        Hubungan Keberbakatan dan Kreativitas
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara:
a.       Kemampuan umum di atas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif. Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.

b.      Kreativitas di atas rata – rata
Kelompok (cluster) kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk  melihat hubungan– hubungan baru antara unsur – unsur yang sudah ada sebelumnya.

c.    Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
Kelompok karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.

D.        Ciri-ciri Anak Berbakat
1.      Intelektual/Belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, pembendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik, menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi. Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.

2.      Kreativitas
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).

3.      Motivasi
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).

4.      Pengamatan yang Siaga dan Cermat
Seorang anak memperhatikan apa yang berlansung dalam lingkungannya. Ia melakukannya tidak saja dengan gerak – gerik, tetapi juga melalui pandangan mata.

5.      Bahasa
Anak berbicara lebih cepat dibandingkan dengan anak – anak sebayanya. Ia mampu menggunakan kata – kata yang lebih sulit dan kalimat – kalimat yang lebih majemuk.

6.      Keterampilan Motorik
Anak  dapat menanggapi atau benda dengan lebih tepat dan tidak cepat menjatuhkannya. Ia dapat membuat bangunan dalam permainan balok atau kotak yang lebih sulit dan menempatkannya dengan keseimbangan yang baik, misalnya pada pembuatan menara tinggi. Selain itu, juga tampak dalam menggambar dan berolahraga.

7.      Membaca
Sudah dapat membaca sebelum masuk sekolah dasar, dan biasanya belajar sendiri. Ketika masih bayi, tidak pernah memegang buku gambar terbalik. Gambar – gambar itu pun sepertinya dibaca dari kiri ke kanan.

8.      Matematika
Seperti halnya membaca, keterampilan matematika dimulai dengan memahami konsep – konsep yang mendasarinya. Anak cepat menunjukkan perhatian terhadap waktu, ukuran dan hitung – menghitung. Anak banyak mengajukan pertanyaan tentang berapa lama, berapa banyak dan pertanyaan – pertanyaan sejenisnya. Anak cepat mengingat hari – hari ulang tahun, usia seseorang dan hal – hal yang berhubungan dengan angka.

9.      Ingatan
Anak mempunyai ikatan yang baik tentang pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh. Anak ingin mengetahui sesuatu dan sering bertanya tentang hal – hal yang tidak diperhatikan oleh orang lain.

10.  Rasa Ingin Tahu dan Keuletan
Dalam hal – hal mengajukan pertanyaan, anak tidak sekedar bertanya mengenai siapa atau apa yang terjadi, tetapi juga bagaimana dan sebagainya. Untuk memperoleh jawabannya, anak sangat gigih dan keras hati.

11.  Semangat
Mereka biasanya menunjukkan semangat dan energi yang sangat besar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika minat dan kegiatannya beragam hingga mengakibatkan kurang tidur.

12.  Persahabatan
Mereka menyukai teman – teman yang lebih tua atau senang bersama orang dewasa.

E.         Kurikulum Berdiferensiasi Pada Anak Berbakat
1.      Pengertian Kurikulum Berdiferensiasi
Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differrentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid.
Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua siswa, kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak.

2.      Hakekat Pembelajaran Berdiferensiasi
Penanganan anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi (differentiated instruction). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan siswa berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada siswa berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan peng-ajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.
Kurikulum berdiferensiasi sangat penting ditekankan untuk anak berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum yaitu:
1.      Prescribed Curriculum and Instruction
Level pertama, prescribed curriculum and instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh standard lokal dan tidak menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang cocok untuk siswa berbakat.
2.      Teacher-Differentiated Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated curriculum, guru memodifikasi kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang menarik dan menantang untuk siswa berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang sebagai seorang ‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3.      Learner-Differentiated Curriculum.
Level ketiga, learner-differentiated curriculum, adalah level tertinggi dimana murid berbakat dianggap sebagai “producers of knowledge”, bukan hanya “consumers of knowledge”. Level ini mendukung perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain perkembangan kognitif, pada level ini jug mengembangkan faktor sosial dan emosional murid. (George Betts, 2004:190-191).

Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
a.       Beragam cara agar siswa dapat mengeksplorasi kurikulum.
Dalam kaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka para siswa memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.

b.      Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide.
Proses belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi yang di-perlukan.
Siswa harus terlibat secara aktif dalam proses tersebut baik secara individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat dari (Suryosubroto, 1996:72) : (1) berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan; (2) mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan; (3) merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya; (4) belajar dalam kelompok; (5) mencob akan sendiri konsep-konsep tertentu; (6) meng-komunikasikan hasil pikiran, pe-nemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.


c.       Beragam pilihan dimana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
Proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa- apa yang telah mereka pelajari.
Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya; Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan, kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang lain.


3.      Karakteristik Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
a.       Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua siswa dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan ajar. Siswa yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide - ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para siswa berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.

b.      Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar siswa harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat siswa dengan memberikan dukungan bila siswa membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menantang.

c.       Ada pengelompokan siswa secara fleksibel.
Dalam pengajaran berdiferensiasi, siswa berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.

d.      Siswa menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn ). Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah di biasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga siswa tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.

4.      Prinsip-Prinsip Pengajaran Berdiferensiasi
a.       Prinsip Individualitas
Perbedaan individual merupakan salah satu masalah utama dalam proses belajar-mengajar. Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif.
Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan siswa sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.

b.      Prinsip Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu proses pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda. Siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.

c.       Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif men-jadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki peran yang besar untuk menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya: Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua , memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa; Ketiga, memberikan sasaran antara; Keempat , memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.

d.      Prinsip Latar/Konteks
Latar atau konteks mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara penge-tahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

e.       Prinsip Minat dan Kebutuhan Siswa
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Dengan demikian dalam ran gka meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, maka materi pembelajaran dan cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.

f.        Prinsip Penilaian (Assessment)
Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama, informal assessment, biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua, formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar, tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya.

g.       Prinsip Terpadu
Artinya penyelenggaraan pem-belajaran anak berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.

5.      Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan evaluasi (Howard, 1999, W einbrenner, 2001 dalam Mukti dan Sayekti, 2003).
a.       Materi pelajaran
Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, yaitu:
1.      Pemadatan materi pelajaran.
2.      Studi intradisipliner.
3.      Kajian mendalam.
b.      Proses
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:
1.      Mengembangkan kecakapan berpikir.
2.      Hubungan dalam dan lintas disiplin.
3.      Studi mandiri.

c.       Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat mendorong siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta siswa untuk menambah jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa meminta siswa untuk mensintesis pengetahuan yang telah diperoleh.
d.      Lingkungan Belajar
Lingkungan dan individu terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan dibentuk oleh individu (manusia). Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau membawa siswa ke masyarakat.
e.       Evaluasi
Memodifikasi evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan bahwa siswa berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan, topik atau unit baru mata pelajaran.

6.      Faktor-Faktor yang Perlu Diper-hatikan dalam Penyelenggaraan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiation Instruction )
1.      Perpustakaan
Perpustakaan memberi kemungkinan setiap anak dapat belajar secara individual. Dalam program belajar bebas (independent study) atau aktivitas program pengayaan bagi anak cepat perpustakaan merupakan tempat dan fasilitas penting. Tanpa ada perpustakaan yang memadai maka sangat sulit untuk dapat melaksanakan program independent study atau pengayaan itu. Secara ideal perpustakaan yang baik adalah yang memiliki jumlah buku dengan ratio satu orang 10 buah buku.

2.      Penyediaan alat pengajaran.
a.       Laboratorium atau workshop yang memadai.
b.      Jadwal pelajaran yang fleksibel, yang memungkinkan beberapa murid tingkat II misalnya meng-ikuti pelajaran tingkat III dalam mata pelajaran tertentu.
c.       Pengembangan program independent study.
d.       Pengembangan program penyuluhan dan bimbingan.
e.       Pengembangan team teaching.


















BAB III
KESIMPULAN

Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia-siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar. Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat.









DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Utami.2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
etts, George (2004). “Fostering Autonomous Learners Through Levels of Differentiation,” .Roeper Review vol.24: 190-191.
Mukti, Abdul dan Sayekti, Adjie. (2003). Gerbang; Majalah Pendidikan.  4, 36 -38.
Suryosubroto, B., (1997), Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta.