Rabu, 01 November 2017

TUGAS 3 PEMBENTUKAN PRIBADI KREATIF MENURUT ALIRAN ATAU PAHAM PSIKOLOGI

TUGAS 3
PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN

gdarma10


Oleh:

Treesty Setyawan (16515930)

Kelas:
3PA08



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat yang maha kuasa. sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Tugas Portofolio 3”. Makalah ini dibuat dalam rangka memahami teori-teori mengenai kreativitas dan keberbakatan serta segala yang berkaitan dengannya. Selain itu, tugas ini dibuat untuk melaksanakan tugas sebagai seorang mahasiswa, serta untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Pengembangan Kreativitas & Keberbakatan. Dalam proses pembuatan makalah ini tentu penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Bella Cintya Puspaningrum, selaku dosen Mata Kuliah Pengembangan Kreativitas & Keberbakatan serta rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan aspirasinya dalam pembuatan makalah.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.


Jakarta,   Oktober 2017



Penulis








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hidup dalam suatu masa dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya untuk digunakan secara konstruktif maupun destruktif, suatu adaptasi kreatif merupakan satu-satunya kemungkinan bagi suatu bangsa yang berkembag,untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi untuk dapat menghadapi problema-problema yang semakin kompleks. Sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau suatu bangsa, kita harus mampu memikirkan membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif, agar kita dapat “survive” dan tidak hanyut atau tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan negara.
Oleh karena itu,pengembangan kreativitas sejak usia dini. Tinjauan dan penelitian-penelitian tentang proses kreativitas, kondisi-kondisinya, serta cara-cara yang dapat memupuk, merangsang dan mengembangkannya menjadi sangat penting.
B.     Rumusan Masalah
Menjelaskan teori yang melandasi pengembangan kreativitas yang meliputi :
1.      Teori Psikoanalisa yaitu teori Sigmund Feud, teori Ernst Kris dan Teori Carl Jung.
2.      Teori Humanistik yaitu teori Abraham Maslow dan teori Carl Rogers.
3.      Teori Csikszenmihalyi.
C.    Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami masing-masing teori yang melandasi pengembangan kreatif.
D.    Manfaat
Setelah mempelajari teori tentang pembentukan pribadi kreatif kita dapat lebih memahami dan mengetahui bagaimana dalam pengembangan kreativitas.

BAB II
KASUS
A.    Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010).
Proses kreatif adalah munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu, dan dari pengalaman yang menekankan pada produk yang baru, interaksi individu dengan lingkungannya atau kebudayaannya (Rogers dalam Basuki, 2010).
Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dengan tujuan menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian dalam Basuki, 2010).
Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir (Munandar dalam Basuki, 2010).
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada sebelumnya dengan menekankan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.

B.     Teori Kreativitas dan Pembentukan Pribadi Kreatif
1.      Teori Psikoanalisa
Pada umumnya teori-teori psikoanalisis melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah yang biasanya mulai di masa anak-anak. Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif mentransformasi keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat.
Tokoh – tokoh Teori Psikonalisa yaitu:
a.      Sigmund Freud
Menurut beberapa pakar psikologi, kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menetap pada lima tahun pertama dari kehidupan. Sigmund Freud (1856-1939) adalah tokoh utama yang menganut pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Karena mekanisme pertahanan mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan karena menhabiskan energi psikis, mekanisme pertahan biasanya merintangi produktivitas kreatif.
Daftar mekanisme pertahan yang paling sering terjadi dapat diliat pada tabel. Freud percaya bahwa meskipun banyak mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru penyebab utama kreativitas.
Kaitan antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai pada tahun-tahun pertama dari kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Pada umur empat tahun pada anak timbulhasrat fisik terhadap orangtua dari jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai sublimasi dalam seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo da Vinci mengenai Madonna dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh ibu yang disublimasi, karena ia kehilangan ibunya pada usia muda.


Macam mekanisme pertahanan adalah :
1.      Represi, yaitu secara tidak sadar melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
2.      Kompensasi, yaitu berusaha mengimbangi ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar dengan menonjolkan pada hal lain.
3.      Sublimasi, yaitu jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas dibidang seni, misalnya menjadi pemain bola.
4.      Rasionalisasi, yaitu percaya bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket untuk melihat pertandingan sepak bola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak tertarik untuk pergi.
5.      Identifikasi, yaitu ingin menjadi seperti seseorang dengan menerima standar dan nilai orang itu menjadi standar dan nilai diri sendiri.
6.      Introjeksi, yaitu menerima standar dan nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
7.      Regresi, yaitu kembali ke prilaku yang sebelumnya berhasil, jika prilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru akan merubah nilainya.
8.      Proyeksi, yaitu menganggap seseorang meemiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia.
9.      Pembentukan reaksi, yaitu pengalihan impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya, misalnya apabila seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian itu menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut akan menampilkan prilaku sayang atau kasih (cinta) utnuk menyembunyikan rasa benci tersebut.
10.  Pemindahan, yaitu jika takut mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada atasan, maka marah-marah pada anak.
11.  Kompartementalisasi, yaitu mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung (freud, S. 1963, introductory lectures on psycho-analysis dalam Utami Munandar, 1999).

b.      Ernest Kris
Ernst Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi yaitu kecenderungan untuk beralih ke perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya yang memberi kepuasan jika peilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan juga sering mucul dalam tindakan kreatif. Jika seseorang mampu untuk melakukan regresi ke kerangka berpikir atau pola perilaku seperti anak, rintangan antara alam pikiran sadar dan tidak sadar menjadi berkurang dan bahan yang tidak disadari yang sering mengandung benih kreativitas dapat tembus ke alam kesadaran. Orang-orang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Pada umumnya, sebagai orang dewasa kita tidak pernah bisa seperti anak lagi. Sedangkan orang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bisa “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan “sikap bermain” mengenai masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego (regression in the survive ofthe ego).

c.       Carl Jung
Carl Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh umat manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar kita “mengingat” pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek moyang kita. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.

2.      Teori Humanistik
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.



Tokoh aliran humanisme yaitu:
a.      Abraham Maslow
Menurut Abraham Maslow (1908-1970) pendukung utama dari teori humanistik, manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini harus dipenuhi dalam urutan tertentu. Kebutuhan primitif muncul pada saat lahir, dan kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses pematangan. Sebagai contoh, belajar memahami dan menghargai musik meningkatkan hasrat untuk belajar lebih banyak tentang musik.
Proses perwujudan diri erat berkaitan dengan kreativitas. Bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka dapat mencapai apa yang disebut oleh Maslow “peak experience” – saat mendapat kilasan ilham (flash of insight) yang menyebabkan kegembiraan dan rasa syukur karena hidup.

b.      Carl Rogers
Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi dari pribadi yang kreatif ialah:
1.      Keterbukaan terhadap pengalaman.
2.      Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation).
3.      Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Setiap orang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi (internal press). Kedua aliran tersebut dimuka –psikoanalisis dan humanistik- amat berbeda dalam penjelasan kepribadian kreatif. Keduanya mempunyai maknanya tersendiri. Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan timbulnya kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang sulit, dapat menjelaskan kehidupan banyak tokoh-tokoh yang produktif. Sedangkan teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi masalah kehidupannya. Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri.
Aliran humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif, dan intensional daripada teori psiokoanalisis. Konsep humanistik ialah bahwa kreativitas dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tertinggi dalam hidup dna bukan sebagai pertahanan terhadap neurosis.
Kreativitas adalah dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari pertimbangan evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl Rogers (dalam Vernon, 1982) menegaskan bahwa satu persyaratan utama bagi berkembangannya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak asasi manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreatifitas yang konstruktif.


1.)     Keamanan Psikologis
-          Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat memberi efek menghayati suasana keamanan).
-          Mengusahakan suasana yang ada didalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau punya mempunyai efek mengancam)
-          Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati) perasaan, pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut pandang, dan tetap menerimanya, memberi rasa aman.
2.)    Kebebasan Psikologis
Jika setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas mengeksperiskan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissiveness ini memberikan pada seseorang kebebasan dalam berpikir atau merasakan sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan konkret perasaan-perasaannya (misalnya dengan memukul) tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi eksperesi secara simbolis hendaknya dimungkinkan.

3.      Teori Csikszentmihalyi
Dalam teori Csikzenmihalyi memberikan 5 ciri kreativitas :
a.       Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis (genetic predisposition). Contohnya sesorang yang sistem sensorinya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
b.      Minat pada usia dini pada ranah tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat sacara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
c.       Akses terhadap suatu bidang (access to a domain). Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina atau mentor dalam bidang yang diminat, sangat membantu pengembangan bakat.
d.      Access to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, sangat penting untuk mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting.
e.       Orang-orang yang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya. (Utami Munandar, 1999).
Ciri – ciri kepribadian kreatif menurut Csikzenmihalyi
Mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis, yaitu:
-        Pribadi yang kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka dapat berkerja selama berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
-       Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka tampak memiliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mampu berpikir konvergen sekaligus divergen.
-       Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.
-       Pribadi yang kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
-       Pribadi kreatif menunjukan kecendrungan baik introversi maupun ekstroversi.
-       Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karya pada saat yang bersamaan.
-       Pribadi yang kreatif menunjukan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminim).
-       Orang yang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
-       Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karya mereka.
-       Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa gembira yang luarn biasa. (Utami Munandar, 1999).



















BAB III
ANALISIS TEORI

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Teori pengembangan kreativitas  diantaranya. Teori Freud menurut beberapa pakar psikologi kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menetap pada lima tahun pertama dari kehidupan. Teori  Ermest Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme pertahanan  regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Teori Carl jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi.


















DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembagan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar