TUGAS 3
PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN
Oleh:
Treesty
Setyawan (16515930)
Kelas:
3PA08
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kehadirat yang maha kuasa. sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Tugas Portofolio 3”. Makalah ini dibuat dalam rangka memahami
teori-teori mengenai kreativitas dan keberbakatan serta segala yang berkaitan
dengannya. Selain itu, tugas ini dibuat untuk melaksanakan tugas sebagai
seorang mahasiswa, serta untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Pengembangan
Kreativitas & Keberbakatan. Dalam proses pembuatan makalah ini tentu
penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih kepada Ibu Bella Cintya Puspaningrum, selaku dosen Mata
Kuliah Pengembangan Kreativitas & Keberbakatan serta rekan-rekan mahasiswa
yang telah memberikan aspirasinya dalam pembuatan makalah.
Akhir kata
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Jakarta,
Oktober 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hidup dalam
suatu masa dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya untuk digunakan
secara konstruktif maupun destruktif, suatu adaptasi kreatif merupakan
satu-satunya kemungkinan bagi suatu bangsa yang berkembag,untuk dapat mengikuti
perubahan-perubahan yang terjadi untuk dapat menghadapi problema-problema yang
semakin kompleks. Sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau suatu bangsa,
kita harus mampu memikirkan membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara
lama secara kreatif, agar kita dapat “survive” dan tidak hanyut atau
tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan negara.
Oleh karena
itu,pengembangan kreativitas sejak usia dini. Tinjauan dan
penelitian-penelitian tentang proses kreativitas, kondisi-kondisinya, serta
cara-cara yang dapat memupuk, merangsang dan mengembangkannya menjadi sangat
penting.
B.
Rumusan Masalah
Menjelaskan
teori yang melandasi pengembangan kreativitas yang meliputi :
1.
Teori Psikoanalisa yaitu teori Sigmund Feud, teori
Ernst Kris dan Teori Carl Jung.
2.
Teori Humanistik yaitu teori Abraham Maslow dan teori
Carl Rogers.
3.
Teori Csikszenmihalyi.
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui dan memahami masing-masing teori yang melandasi pengembangan
kreatif.
D.
Manfaat
Setelah
mempelajari teori tentang pembentukan pribadi kreatif kita dapat lebih memahami
dan mengetahui bagaimana dalam pengembangan kreativitas.
BAB II
KASUS
A.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu
yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau
susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010).
Proses kreatif adalah munculnya dalam tindakan suatu produk
baru yang tumbuh dari keunikan individu, dan dari pengalaman yang menekankan
pada produk yang baru, interaksi individu dengan lingkungannya atau
kebudayaannya (Rogers dalam Basuki, 2010).
Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa
untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dengan tujuan
menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian dalam Basuki, 2010).
Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam
kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir
(Munandar dalam Basuki, 2010).
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru
maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada
sebelumnya dengan menekankan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan
untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan
kemampuan operasional anak kreatif.
B.
Teori Kreativitas dan Pembentukan Pribadi Kreatif
1. Teori
Psikoanalisa
Pada umumnya teori-teori
psikoanalisis melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah yang
biasanya mulai di masa anak-anak. Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang
yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan
gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi
pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif mentransformasi keadaan psikis
yang tidak sehat menjadi sehat.
Tokoh – tokoh Teori Psikonalisa
yaitu:
a. Sigmund
Freud
Menurut beberapa
pakar psikologi, kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menetap pada
lima tahun pertama dari kehidupan. Sigmund Freud (1856-1939) adalah tokoh utama
yang menganut pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme
pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai
ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Karena
mekanisme pertahanan mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan karena
menhabiskan energi psikis, mekanisme pertahan biasanya merintangi produktivitas
kreatif.
Daftar mekanisme
pertahan yang paling sering terjadi dapat diliat pada tabel. Freud percaya
bahwa meskipun banyak mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif,
mekanisme sublimasi justru penyebab utama kreativitas.
Kaitan antara
kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai pada tahun-tahun
pertama dari kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong untuk menjadi
kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung.
Pada umur empat tahun pada anak timbulhasrat fisik terhadap orangtua dari jenis
kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka terjadi
sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai
sublimasi dalam seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo da Vinci
mengenai Madonna dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh ibu yang
disublimasi, karena ia kehilangan ibunya pada usia muda.
Macam mekanisme
pertahanan adalah :
1. Represi,
yaitu secara tidak sadar melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk
diingat.
2. Kompensasi,
yaitu berusaha mengimbangi ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar
dengan menonjolkan pada hal lain.
3. Sublimasi,
yaitu jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas
dibidang seni, misalnya menjadi pemain bola.
4. Rasionalisasi,
yaitu percaya bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan
sesungguhnya adalah memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil
mendapatkan tiket untuk melihat pertandingan sepak bola kemudian mengatakan
bahwa sebenarnya ia tidak tertarik untuk pergi.
5. Identifikasi,
yaitu ingin menjadi seperti seseorang dengan menerima standar dan nilai orang
itu menjadi standar dan nilai diri sendiri.
6. Introjeksi,
yaitu menerima standar dan nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat
dengan dia.
7. Regresi,
yaitu kembali ke prilaku yang sebelumnya berhasil, jika prilaku saat ini tidak
berhasil, misalnya menangis ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru
akan merubah nilainya.
8. Proyeksi,
yaitu menganggap seseorang meemiliki perasaan terhadap seseorang yang
sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia.
9. Pembentukan
reaksi, yaitu pengalihan impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya,
misalnya apabila seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian
itu menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut akan menampilkan
prilaku sayang atau kasih (cinta) utnuk menyembunyikan rasa benci tersebut.
10. Pemindahan,
yaitu jika takut mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu
diungkapkan terhadap seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut
menyatakan kemarahan kepada atasan, maka marah-marah pada anak.
11. Kompartementalisasi,
yaitu mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama,
misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung (freud, S.
1963, introductory lectures on psycho-analysis dalam Utami Munandar, 1999).
b. Ernest Kris
Ernst Kris (1900-1957) menekankan
bahwa mekanisme pertahanan regresi yaitu kecenderungan untuk beralih ke
perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya yang memberi kepuasan jika
peilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan juga sering mucul
dalam tindakan kreatif. Jika seseorang mampu untuk melakukan regresi ke
kerangka berpikir atau pola perilaku seperti anak, rintangan antara alam
pikiran sadar dan tidak sadar menjadi berkurang dan bahan yang tidak disadari
yang sering mengandung benih kreativitas dapat tembus ke alam kesadaran.
Orang-orang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu
“memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Pada umumnya, sebagai orang
dewasa kita tidak pernah bisa seperti anak lagi. Sedangkan orang kreatif tidak
mengalami hambatan untuk bisa “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat
mempertahankan “sikap bermain” mengenai masalah-masalah serius dalam kehidupan.
Dengan demikian mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan
inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego (regression in the
survive ofthe ego).
c. Carl Jung
Carl Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan
yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak
disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Disamping itu, ingatan kabur dari
pengalaman-pengalaman seluruh umat manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar
kita “mengingat” pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek
moyang kita. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan
karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi
manusia.
2. Teori Humanistik
Humanisme lebih
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat
kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia
dan para pendidik yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya
pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif
disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam
domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari
para pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana
tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang
mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
Tokoh aliran
humanisme yaitu:
a. Abraham
Maslow
Menurut Abraham Maslow (1908-1970)
pendukung utama dari teori humanistik, manusia mempunyai naluri-naluri dasar
yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini harus dipenuhi dalam urutan
tertentu. Kebutuhan primitif muncul pada saat lahir, dan kebutuhan tingkat
tinggi berkembang sebagai proses pematangan. Sebagai contoh, belajar memahami
dan menghargai musik meningkatkan hasrat untuk belajar lebih banyak tentang
musik.
Proses perwujudan diri erat
berkaitan dengan kreativitas. Bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan
dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka dapat mencapai apa
yang disebut oleh Maslow “peak experience” – saat mendapat kilasan ilham (flash
of insight) yang menyebabkan kegembiraan dan rasa syukur karena hidup.
b. Carl Rogers
Menurut Carl
Rogers (1902-1987) tiga kondisi dari pribadi yang kreatif ialah:
1.
Keterbukaan terhadap pengalaman.
2.
Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan
pribadi seseorang (internal locus of evaluation).
3.
Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan
konsep-konsep.
Setiap orang
memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini
berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara
kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam
untuk berkreasi (internal press). Kedua aliran tersebut dimuka –psikoanalisis
dan humanistik- amat berbeda dalam penjelasan kepribadian kreatif. Keduanya
mempunyai maknanya tersendiri. Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran
tidak sadar dan timbulnya kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang
sulit, dapat menjelaskan kehidupan banyak tokoh-tokoh yang produktif. Sedangkan
teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan
seseorang mengatasi masalah kehidupannya. Teori ini bertitik tolak dari
pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri.
Aliran
humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif, dan intensional
daripada teori psiokoanalisis. Konsep humanistik ialah bahwa kreativitas dilahirkan
karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tertinggi dalam
hidup dna bukan sebagai pertahanan terhadap neurosis.
Kreativitas
adalah dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu
untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari
pertimbangan evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl Rogers
(dalam Vernon, 1982) menegaskan bahwa satu persyaratan utama bagi
berkembangannya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan
untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada
moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak asasi manusia, yakni adanya
kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut
pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan
psikologis memungkinkan timbulnya kreatifitas yang konstruktif.
1.)
Keamanan Psikologis
-
Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala
kelebihan dan keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat memberi efek
menghayati suasana keamanan).
-
Mengusahakan suasana yang ada didalamnya evaluasi
eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau punya
mempunyai efek mengancam)
-
Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut
menghayati) perasaan, pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut pandang,
dan tetap menerimanya, memberi rasa aman.
2.)
Kebebasan Psikologis
Jika setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas
mengeksperiskan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya,
permissiveness ini memberikan pada seseorang kebebasan dalam berpikir atau
merasakan sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan
konkret perasaan-perasaannya (misalnya dengan memukul) tidak selalu
dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi
eksperesi secara simbolis hendaknya dimungkinkan.
3. Teori Csikszentmihalyi
Dalam teori Csikzenmihalyi
memberikan 5 ciri kreativitas :
a.
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas
adalah predisposisi genetis (genetic predisposition). Contohnya sesorang yang
sistem sensorinya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka
terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
b.
Minat pada usia dini pada ranah tertentu. Minat
menyebabkan seseorang terlibat sacara mendalam terhadap ranah tertentu,
sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
c.
Akses terhadap suatu bidang (access to a domain).
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina atau mentor dalam bidang yang
diminat, sangat membantu pengembangan bakat.
d.
Access to a field. Kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan teman sejawat dan tokoh-tokoh penting dalam bidang yang
digeluti, sangat penting untuk mendapat pengakuan dan penghargaan dari
orang-orang penting.
e.
Orang-orang yang kreatif ditandai adanya kemampuan
mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir situasi dan
untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya. (Utami Munandar,
1999).
Ciri – ciri kepribadian kreatif menurut Csikzenmihalyi
Mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis, yaitu:
Mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis, yaitu:
-
Pribadi yang kreatif mempunyai kekuatan energi
fisik yang memungkinkan mereka dapat berkerja selama berjam-jam dengan
konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
-
Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada
saat yang sama mereka juga naif. Mereka tampak memiliki kebijaksanaan (wisdom)
tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak
bersamaan dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mampu berpikir konvergen
sekaligus divergen.
-
Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi
sikap bermain dan disiplin.
-
Pribadi yang kreatif dapat berselang-seling antara
imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
-
Pribadi kreatif menunjukan kecendrungan baik
introversi maupun ekstroversi.
-
Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga
akan karya pada saat yang bersamaan.
-
Pribadi yang kreatif menunjukan kecenderungan
androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender
(maskulin-feminim).
-
Orang yang kreatif cenderung mandiri bahkan suka
menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
-
Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat
(passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam
penilaian karya mereka.
-
Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif
sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat
yang sama ia merasa gembira yang luarn biasa. (Utami Munandar, 1999).
BAB III
ANALISIS TEORI
Psikoanalisis adalah cabang
ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi
fungsi dan perilaku psikologis manusia. Teori pengembangan
kreativitas diantaranya. Teori Freud menurut beberapa
pakar psikologi kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menetap pada
lima tahun pertama dari kehidupan. Teori Ermest Kris (1900-1957)
menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke
perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan, jika perilaku sekarang tidak
berhasil atau tidak memberi kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan
kreatif. Teori Carl jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran
memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembagan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar