PSIKOLOGI DAN INTERNET (SOFTSKILL)
Review
Jurnal
Cyberporn: Gambaran Perilaku Cybersex Pada Remaja Pelaku Cybersex Di Kota Medan
Di susun oleh:
Treesty
Setyawan (16515930)
2PA08
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2016
I.
Latar
Belakang Masalah
A.
Masalah
yang Diangkat Dalam Jurnal
Cybersex yaitu hubungan erotik yang terjadi di dunia maya. Internet adalah salah satu
teknologi yang popular digunakan saat ini, merupakan salah satu sarana chatting
room yang sering digunakan pengguna Internet. Salah satu dampak
negatif dari internet adalah pornografi (Cybersex). Pornografi adalah tingkah laku erotis dengan lukisan
(gambar) atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi seksual. Cyber
sex sering juga disebut internet sex atau komputer sex, seiring perkembangan teknologi,
fasilitas untuk terbang ke alam maya pun ikut berkembang. Bagi beberapa orang, cybersex
merupakan perilaku yang wajar untuk dilakukan karena tidak adanya batasan
jarak, waktu dan wilayah. Tidak adanya batasan jarak, waktu dan wilayah akan
mempengaruhi individu dalam bersikap.
B.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk melihat
gambaran perilaku
cybersex pada remaja pelaku cybersex di kota Medan.
Peneliti ingin mengetahui bahwa gambaran
perilaku cybersex pada
remaja pelaku cybersex di kota Medan
memiliki
respon sikap positif (favorable) atau
negatif (unfavorable).
II.
METODE
PENELITIAN
A.
Metode
yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan pada
studi ini adalah metode kuantitatif karena
dalam pengolah data menggunakan data yang berupa angka. Sampel dalam penelitian ini adalah sekitar areal persekolahan dan universitas di kota
Medan
yang masih berstatus aktif dan tergolong dalam jenjang pendidikan SMP, SMA, Perguruan Tinggi di
Medan, Sumatra Utara.
B. Sampel / Responden
Penelitian
tersebut merupakan penelitian partisipan,
partisipan yang bersedia
mengikuti dalam penelitian ini berjumlah 83 orang yang terdiri dari usia 12
tahun sampai 21 tahun dan pernah melakukan cybersex.
Para partisipan merupakan siswa tingkatan sekolah menengah pertama (SMP),
sekolah menengah keatas (SMA), dan mahasiswa perguruan tinggi yang berapa di
beberapa warung internet (Warnet) di sekitar kota Medan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode survei yang langsung di tanya kepada partisipan.
C. Alat Ukur yang Digunakan
Alat ukur yang digunakan
berupa angket yang terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama berisi
identitas partisipan (inisial, jenis kelamin, usia, dan status tempat tinggal)
dan inform consent. Pada bagian kedua berisi 25 item Internet Sex Screening Test (ISST) digunakan untuk menggambarkan
tingkat masalah perilaku cybersex,
item-item dalam alat ukur yang digunakan dibuat dua pilihan jawaban 1= “ya”, 0= “tidak”.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Menjawab
Tujuan atau Tidak
Dilihat bahwa 83 orang partisipan, sebanyak 21 orang partisipan (25%)
yang melakukan empat perilaku cybersex kombinasi
online sexual compulsivity, online sexual
behavior social, online sexual behavior isolation, dan interest in online sebanyak 10 orang partisipan yang melakukan
kombinasi ini. Selanjunya diperoleh paling sedikit 3 orang (4%) yang
melakukan tujuh perilaku cybersex.
Dengan melihat keseluruhan kombinasi perilaku, dapat dilihat bahwa kemunculan
perilaku online sexual compulsivity sangat
frekuentif. Ini menunjukkan bahwa hamper semua partisipan melakukan online sexual compulsivity. Dapat
dilihat juga sebanyak 56 orang patisipan (67%) melakukan recreational users, 24 orang
(29%) merupakan at risk users,
dan hanya
B. Kaitan Teori
Internet sudah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari evolusi sosialisasi manusia (Andini,
2006). Bagi orang-orang yang tinggal di kota, khususnya kota-kota yang ada di
Indonesia, peran internet dijadikan kebutuhan informasi utama karena saat ini
masyarakat kota cenderung haus akan informasi, apabila tidak mengenyam
informasi satu hari saja rasarasanya hidup ini menjadi serba gelisah tak karuan
dan takut dianggap ketinggalan zaman (Purwaningsih, 2008). Seperti semua
kemajuan teknologi di masa lampau, internet dapat digunakan untuk tujuan baik
dan buruk tergantung penggunanya (McKenna & Bargh dalam Baron& Byrne,
2000). Tjiptono dan Santoro (dalam Nainggolan, 2008) mengatakan, adapun tujuan
yang baik tersebut adalah seperti untuk keperluan penelitian atau pengambilan keputusan
organisasi, sedangkan tujuan yang buruk tersebut adalah seperti mengakses
situssitus porno.
IV.
Kesimpulan
Kelebihan dari
penelitian ini adalah penggunaan
angket,
penggunaan angket. Informasi
atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen sehingga memudahkan untuk memasukkan kategorinya.
Kekurangan dari penelitian ini adalah
kesulitan dalam pengolahan
data. sehingga dalam penghitungan tidak terlalu pasti hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Purba,R,M. & Sari,N,N. (2012). Gambaran
Perilaku Cybersex Pada Remaja Pelaku
Cybersex Di Kota Medan.Psikologia-Online,7(2), 62-73.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar